Berita  

Menit Terakhir Deklarasi Ciganjur

Saat Deklarasi Ciganjur, Kediaman Gus Dur, Jakarta Selatan. (Kiri Kanan) Sri Sultan Hamengkubuwono, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarno Putri dan Amien Rais.

Senin (9/11/1998) setelah maghrib, beberapa aktivis FKSMJ diantaranya Giat Wahyudi (alm), Danar dan Hengki mendatangi rumah Gus Wahid (Salahuddin Wahid) di Jl H. Salim ll, Radio Dalam, Jakarta Selatan. Mereka melaporkan, bahwa terjadi kesalah pahaman antara aktivis FKSMJ dengan Banser NU. Mendapat laporan tersebut, dengan berboncengan motor, saya bersama Gus Wahid meluncur ke Warung Silah, kediaman Gus Dur. Karena takut terjadi masalah yang lebih fatal.
Setiba di Warung Silah, anak-anak FKSMJ sudah bergeser ke Jl. Kebagusan, kediaman Megawati Soekarno Putri. Mereka berencana memasang tenda dan menginap sampai ditemui Megawati untuk diajak ke gedung DPR dan memaksa anggota DPR untuk menyeret dan mengadili Soeharto. Sementara  itu, Gus Wahid yang telah tiba dikediaman Gus Dur, melihat tidak ada lagi para aktivis FKSMJ, ia pun masuk ke kamar Gus Dur. Dan saya ngekor dibelakang Gus Wahid.
Sejenak seusai salam, Gus Dur meminta Gus Wahid untuk ketemu Rahmat Witoelar (mantan Sekjen Golkar dan menteri Lingkungan Hidup). “Dul, awakmu sak iki kudu ketemu Kang Rahmat Witoelar. Sampaikan, besok ba’da subuh diminta Gus Dur datang ke Ciganjur. Ajak Pak Ali Sadikin dan Pak Kemal Idris,” ucap Gus Dur kala itu.

Kita tidak paham alasan Gus Dur mengajak tokoh-tokon Barisan Nasional untuk datang ke Ciganjur? Mengapa bukan Amien Rais, Sri Sultan Hamengkubuwono dan Megawati yang diminta datang?


Lobi Sebelum Deklarasi


Selasa, (10/11/1998) pukul 06.00 WIB, Rahmat Witoelar, Ali Sadikin dan Kemal Idris sudah masuk ke kamar Gus Dur. Karena sempit, hanya ketiga orang tersebut yang boleh masuk. Kita semua nunggu diluar. Setelah hampir satu jam lebih berdialog, mereka keluar dari kamar Gus Dur. Dengan wajah yang selalu tersenyum Pak Rahmat menyapa saya, “ Mas, ikut saya sama Aria ke Kebagusan. Ke rumah Ibu Megawati.”
Kami bertiga menuju Kebagusan dan setibanya disambut oleh kawan-kawan FKSMJ yang wajahnya dipenuhi rasa cemas dan amarah. Sambil mengacungkan buku resep masakan, mereka berteriak. “ Pak Rahmat, sampaikan salam kami ke Ibu Megawati. Tidak usah jadi pemimpin revolusi Indonesia, tetap saja di dapur. Kami sudah bawakan buku resep masakan buat Bu Mega.” Mendengar ucapan aktivis FKSMJ, Rahmat hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
Setiba diruang tamu, kami disambut sama Taufiq Kemas (TK). Megawati tidak ada ditempat. Setelah itu Rahmat menyampaikan hasil diskusinya dengan Gus Dur, Ali dan Kemal. Sejurus kemudian, Rahmat meminta kertas dan bolpoint, agar pembicaraannya ditulis. “Ini, Mas Syamsul yang tulis ya…!.” Kertas dari TK almarhum langsung saya pegang dan menulis pembicaraan itu. Dan itulah inti pokok dari Pernyataan Para Tokoh Deklarator Ciganjur. TK menjanjikan akan menghadirkan Ibu Megawati kerumah Gus Dur setelah shalat dzuhur.
Detik-detik Deklarasi

Draft Deklarasi Ciganjur
Dan sesuai waktu yang dijanjikan, para tokoh reformasi datang berkumpul di rumah Gus Dur. Saya mengawal Dandy, Kasino dan Sarbini untuk mengetik Deklarasi Ciganjur. “Mas Syamsul, apa yang ada dalam tulisan itu tidak boleh ada yang diubah. Sesuai apa yang sudah dibacakan ke saya. Sampeyan sobek kalau diubah,” demikian kata Gus Dur kala itu.
“Inggih, Pak Dur…. Siaaap, insya Allah aman,” kata saya. Dimana posisi Pak Amin Rais, Sri Sultan dan Ibu Megawati? Mereka duduk berkumpul di sofa coklat sambil menunggu tuntasnya penulisan naskah yang digawangi oleh Dandy(Perbanas), Kasino(ITB), dan Sarbini(Untag). Setelah naskah selesai, kembali Sarbini membacakan ulang dihadapan Gus Dur. Setelah selesai, naskah itu saya hadirkan satu persatu untuk dibaca para tokoh reformasi. Amen Rais manggut-manggut saja kala itu. Tidak ada satu kata pun yang dikoreksi dan atau diusulkan. Sri Sultan Hamengkubuwuno juga demikian. Megawati, dengan senyumnya yang khas. “Saya ikut apa kata Mas Dur saja.”

Maka setelah setuju semua, sofa yang tadinya diduduki para tokoh Deklarator Ciganjur, diusung keluar dan dijejer di teras rumah Gus Dur. Semua ramai-ramai berebut berdiri dibelakang para tokoh deklarator. Bahkan kawan-kawan yang sejak berbulan-bulan tidak pernah lelah berdemo dalam rangkah menumbangkan Soeharto, terdesak kesamping. Bahkan nyaris tidak dapat ruang foto dan mendengarkan para tokoh membacakan Deklarasi Ciganjur. Termasuk saya, posisi saya hanya kebagian di belakang Mas Fajrul Fallakh (alm).


Redaksi: Artikel ini diambil dari catatan dalam facebook Masyamsul Huda. Redaksi menyunting susunan kata dan padanannya, tanpa menghilangkan makna konten. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *